5 January 2018
Setelah tahun lalu gagal merasakan sate klatak, awal tahun ini Alhamdulillah ada kesempatan untuk mencobanya.
setelah puas bermain air di pantai Indrayanti, De Saputro kembali menuju ke arah Jogja. dan seperti sudah direncanakan, karena arah pulang dari pantai Indrayanti menuju kota Jogjakarta melewati daerah yang dekat dengan sate klatak. jadilah Gundam mampir sejenak di Sate klatak pak Pong.
Ayah pikir karena waktu jam makan siang sudah lewat, sate pak Pong mulai sepi, tapi ternyata masih ramai, untuk masih dapat tempat parkir. langsung pilih meja yang nyaman untuk santap siang. oh iya disini ada juga tempat lesehan, jadi buat yang seneng makan di lesehan jangan khawatir, tempat ada banyak.
mulai deh pilih menu yang akan dipesan, dan ernyata semua pilihan menu berbahan dasar kambing, jadi yang tidak suka makan kambing agak susah nih cari menu alternatif disini. walaupun ragu mas Nara dan dede Ran Ayah pesankan sate biasa (sate dengan bumbu kecap). untungnya di bagian depan warung pak pong ada yang menjual otak-otak, lumayan lah, ada makanan yang anak-anak suka.
proses pembakaran sate klatak
saat memberikan list menu yang dipesan, mas yang bertugas menginfokan kalau bakal menunggu lama, kira-kira 1.5 jam, namun daripada penasaran dengan sate klatak, dan juga banyak waktu yang habis untuk mencari tempat makan lain jadilah kita setuju untuk memesan meski waktu tunggunya lama.
sambil menunggu sate dihidangkan, kita bisa sholat di Mushala yang ada di dalam rumah makan. untungnya lagi saat perjalanan dari pantai Indrayanti kita sempat membeli rambutan, jadi deh kita makan rambutan sambil menunggu satenya matang.
makan rambutan sambil menunggu sate dihidangkan.
Alhamdulillah, akhirnya satepun dihidangkan. ini tokh sate klatak. sate dengan tusukan berupa ruji atau jari-jari sepeda.
sate klatak pak Pong
ukuran dagingnya besar-besar, dengan kuah kuning sebagai bumbunya, sedikit berbeda dengan sate pada umumnya.
pas pertama mencoba, mantaab rasanya tidak dominan rasa kecap seperti sate kambing yang kain, dagingnya juga empuk (walaupun beberapa yg tidak terlalu empuk). untuk sate biasanya, potongan daging mirip sate klatak, hanya saja bumbu yang digunakan adalah bumbu kecap (bawang dan cabe). bedanya dagingnya sudah dilepaskan dari tusuk satenya.
overall cukup puas dengan sate klatak, citarasa baru di dunia persatean. selesai makan sate klatak yang tersisa hanya jari-jari/ruji2 roda.
habis tak bersisa.