Lampung, mutiara yang belum terpoles

10 Agustus 2007

Sore itu, selepas jam kerja dengan diantar Om Igun, Ayah bersama Om Sony, Om Bahrun, Om Suzuki beserta isteri, berangkat menuju lampung. Tujuan ke lampung kali ini adalah untuk menghadiri resepsi pernikahan Om Indra dengan  tante Mega. Setelah mobil terpakir digalangan kapal, ayah beserta Om dan tante2 masuk kedalam kapal, oh iya didalam kapal ada ruangan untuk duduk-duduk atau untuk tidur-tiduran disertai LCD untuk menonton film, untuk dapat masuk keruangan ini kita perlu membayar sejumlah uang (kalau tidak salah 7rb-10 rb rupiah). Berhubung matahari sudah tenggelam, tidak banyak pemandangan yang bisa terlihat. dengan ditemani suara deburan ombak dan sepotong film Naga bonar jadi 2, ayah terbawa ke alam mimpi.

Sudah cukup lama rasanya perjalanan dengan kapal menyebrangi selat sunda, akhirnya sampailah Ayah di pelabuhan Bakauheni, segera ayah naik ke mobil perjalanan pun dilanjutkan menuju hotel Indrapuri dibandar lampung.

Pagi-pagi sekali setelah bangun tidur, Ayah beserta om-om dan tante, jalan-jalan disekitar kota lampung.  mampir sebentar di yen yen yang menyediakan berbagai buah tangan khas lampung. ada keripik pisang coklat, kerupuk kemplang, sambal lambung dan lain-lain. kebetulan di sebelah ada rumah peribadatan, foto dulu.

Eh nemu orang Jepang lagi genjot becak, foto lagi ahhh

Setelah buah tangan terbeli, segera kembali ke hotel untuk ganti baju dan bersiap menghadiri acara resepsi pernikahan om Indra. kira-kira pukul 11.00 sampailah ayah, om om dan tante di gedung resepsi, banyak tamu sudah berkumpul, tidak berapa lama kemudian datanglah pasangan pengantin, resepsi siang itu menggunakan adat Minang.

Selesai acara nikahan, Ayah, Om-om dan tante bersiap pulang ke Jakarta, namun sebelum pulang, jalan-jalan disekitar lampung. diputuskan ke bonbin di daerah kedaton, sayang koleksi binatang di kebon binatang ini tidak terlalu komplit, tapi foto dulu deh binatang yang jadi ikon kota lampung.

Puas melihat binatang di kedaton, yahpun melanjutkan perjalanan menuju Jakarta. di tengah perjalanan menuju pelabuhan, Om Igun membelokan setir ke kanan, dan masuk kejalan yang lebih kecil, namanya kalianda. suasananya tidak ramai, lautnyapun Indah, seperti mutiara yang belum terpoles, kesempatan yang jarang di dapat, foto-foto dulu ahhhh.

Selain air laut yang masih jernih, garis pantainya yang panjang, dan pasirnya yang putih jadi inget waktu di pantai Kuta.

Selesai menikmati keindahan pantai, sampailah Ayah di pelabuhan bakauheni, kali ini matahari belum tenggelam, jadi bisa menikmati pemandangan disekitar Selat sunda.

Gimana, Indah kan kota Lampung? jauh dari rumor yang mengatakan cari makan disini mesti berburu dulu, hehehehe. Saya yakin sebentar lagi akan banyak yang memoles provinsi ini menjadi mutiara yang berkilau di barat Jakarta, apalagi kalau nanti jembatan yang menghubungkan pulau Jawa dan pulau Sumatera selesai dibangun, dijamin makin rame yang ke yang ke kota ini.

Iklan

2 pemikiran pada “Lampung, mutiara yang belum terpoles

  1. hihihi…bener kali Mas rumor kalau cari makan di Lampung musti berburu dulu,,,berburu di dapur or meja makan 😀

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s